Sabtu, 27 Juni 2015

ASFIKSIA NEONATURUM

 
Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan terarur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan terakhir dengan hipoksia, hiperkapni dan berakhir dengan asidosis.
a.    Etiologi
1)      Faktor ibu
·  Hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus

·  Pre-eklamsia dan eklamsia
·  Perdarahan antepartum
·  Partus lama
·  Demam selama hamil
·  Infeksi berat (malaria,sifilis dan TBC)
·  Postmature

2)      Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.


3)      Faktor fetus

·  Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darrah umbilikus dan menghambat pertukaran as antara ibu dan janin.

·  Lilitan tali pusat

·  Tali pusat pendek

·  Simpul tali pusat

·  Prolapsus tali pusat


4)      Faktor neonatus

·  Bayi prematur

·  Mekonium dalam ketuban

·  Depresi pusat penapasan pada bayi baru lahir yang terjadi karena beberapa hal, yaitu: pemakaian obat anestesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, trauma yang terjadi pada persalinan, kelainan kongenital pada bayi.


5)      Klasifikasi Asfiksia neonaturum

1)      Vigorous baby

Skor apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dia anggap sehat dan tidak memerluka tindakan istimewa.

2)      Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang)

Skor apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot buruk, sinosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilita tidak ada.

3)      Asfiksia berat

Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot buruk, sinosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilita, tidak ada.


6)      Pencegahan asfeksia neonaturum

Pencegahan, eliminasi dan antisipasi terhadap faktor-faktor risiko asfeksia neonaturum menjadi prioritas utama. Bila ibu memiliki faktor risiko yang memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia, maka langkah-lngkah antisipasi harus dilakukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan seperti anjuran WHO untuk mencari dan mengelminasi faktor-faktor risiko.

Bila bayi berisiko lahir prematur yang kurang dari 34 minggu, pemberian kortikosteroid 24 jam sebelum lahir menjadi prosedur rutin yang dapat membantu maturasi paru-paru bayi dan mengurangi komplikasi sindroma distres pernafasan.


7)      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan khusus pada bayi asfiksia neonaturum, adalah dangan tindakan resusitasi segera setelah lahir. Resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk membuka jalan nafas, mengusahakan agar oksigen masuk tubuh bayi dengan meniupkan nafas ke mulut bayi (resusitasi pernafasan), menggerakkan jantung (resusitasi jantung) sampai bayi mampu bernafas spontan dan jantung berdenyut spontan secara teratur.

Resusitasi dilakukan sesuai dengan tahapan resusitasi dengan sangat tergantung pada derajat asfiksia (ringan,sedang atau berat), keadaan tidak bernafas disertai gangguan fungsi jantung, keadaan tidak bernafas dengan jantung tidak berdenyut serta ada tidaknya aspirasi mekonium. Pada asfiksia berat diperlukan pemasangan endotracheal tube. Natrium bikarbonat hanya diberikan pada keadaan asidosis metabolic dan diberikan secara hati-hati, karena cairan ini bersifat hipertonis yang memudahkan terjadinya perdarahan intracranial.

Selain tindakam resusitasi, bayi dengan asfiksia neonaturum juga membutuhkan terapi suportif dan terapi medikamentosa. Terapi suportif diberikan dalam bentuk cairan infuse dextrose 5-10% untuk mencegah hipoglikemi, cairan elektrolit dan pemberian oksigen yang adekuat. Terapi medikamentosa dimaksudkan untuk mencegah terjadi nya edema cerebri dengan pemberian kortikosteroid (masih kontroversi) dam Phenobarbital untuk melokalisir perdarahan dan mengurangi metabolisme.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar